7 Hal Penting Dalam Proses Menulis Skenario Film
Menonton film sudah menjadi satu dari kebutuhan hiburan dalam kehidupan seseorang, baik itu dinikmati melalui tayangan televisi atau datang langsung ke bioskop. Film sendiri sudah menjadi satu produk industri hiburan yang melibatkan banyak orang dan dana besar dalam pembuatannya. Salah satu orang yang terlibat dalam film, bahkan sebelum film itu diproduksi, adalah penulis yang menulis skenario film tersebut.
Penulis itu memulai proses kreatif menulis skenario film setelah ide yang diajukan disetujui oleh produser sebagai pemilik rumah produksi. Skenario itu nantinya akan menjadi rujukan tiap pimpinan dalam tim produksi saat pelaksanaan syuting film.
Untuk sutradara, skenario dipakai untuk menciptakan adegan yang dramatik sesuai kebutuhan cerita, sedangkan pengatur gambar, menggunakan skenario dalam menentukan sudut pengambilan gambar yang indah. Begitu juga bagi penata kostum, skenario jadi acuan menentukan warna dan jenis pakaian yang dibutuhkan oleh tokoh-tokoh dalam cerita. Dan pemain, memerlukan skenario sebagai pedoman gestur dalam akting dan dialog.
Dapat dikatakan, tanpa skenario, mustahil sebuah film bisa diproduksi.
Mungkin, dalam satu kesempatan syuting film, ada yang tidak menggunakan skenario secara riil, dan segala sesuatunya mengikuti apa kata sutradara.
Hal ini jarang terjadi, tapi memang ada. Namun, bukan berarti syuting film itu tanpa menggunakan skenario sama sekali karena pada dasarnya skenario itu ada di kepala sutradara alias dalam ingatannya dan tidak tertulis. Dalam pelaksaan syuting, Sutradara memberi petunjuk pada pemain bagaimana harus beradegang dan berdialog dan pada pengatur gambar, dia akan memberikan bentuk visual yang diinginkan.
Sutradara semacam itu tidak banyak di dunia ini. Mereka dikaruniai kemampuan lebih dalam berkreasi, sehingga dalam sebuah syuting film, mereka bisa melakukan sendiri penyutradaraan, sekaligus mengatur gambar, dan tentu saja mengatur adegan para pemain sesuai dengan cerita yang ada dalam ingatannya. Mereka itu disebut sebagai Sutradara Auteur dalam dunia sinematografi.
Tetapi, sekali lagi, tidak banyak orang berkemampuan dasyat seperti itu, sehingga peran penulis skenario film, penting dan dibutuhkan. Penulis berada sejajar dengan produser, dan sutradara dalam membentuk cerita film. Peran penulis adalah menulis skenario film sesuai ide yang ditawarkan dan sudah dikombinasikan dengan keinginan produser dan usul sutradara menjadi satu konsep cerita utuh.
Maraknya industri film, membuat banyak penulis untuk berkarir dalam menulis skenario film. Ada yang berasal dari pendidikan formal, ada juga yang otodidak. Melalui tulisan ini, saya ingin membagikan beberapa hal penting dalam proses menulis skenario film yang jarang diketahui. Untuk itu, saya merangkumnya dalam 7 hal penting dalam proses menulis skenario film untuk diketahui calon penulis, yaitu:
1. Definisi Skenario
Banyak definisi untuk menjelaskan arti skenario film. Jean-Pierre Geuens dalam Film Production Theory (2000), menjelaskan bahwa, “Screenplays in fact became detailed shooting scripts that were given to the director for implementation.”
Selain itu, para guru menulis skenario film lainnya juga memberikan definisi skenario film sesuai dengan pengalaman masing-masing, antara lain:
Syd Field mengatakan, “Screenplay is a story told with picture.”
Lalu, Viki King menyebutkan, “A feature screenplay is a document that you create in 21 days.”
Sedangkan Linda Seger menyatakan, “Screenplay is five things: the storyline, the characters, the underlyng idea, the images, and the dialog.”
Pada intinya, skenario film adalah naskah cerita yang dipaparkan dengan kaidah perfilman atau filmis kemudian digunakan sebagai petunjuk bagi tim produksi dalam membuat film.
2. Skenario Bukan Jenis Tulisan Sastra
Sebagai karya tulis, skenario film memiliki aturan tiga babak dalam bercerita, seperti cerpen atau novel. Awal, tengah, dan akhir. Tetapi, secara bentuk, skenario film bukan jenis tulisan sastra. Skenario film adalah bentuk tulisan teknis yang dipakai untuk keperluan membuat film atau sebagai blueprint.
3. Skenario Film Sebatas Untuk Membuat Film
Selain tidak termasuk dalam karya sastra, pemakaian skenario film juga berbeda dengan tulisan fiksi lainnya. Kalau cerpen atau novel, setelah terbit atau dicetak, bisa diterbitkan atau dicetak ulang untuk terus dibaca. Sedangkan skenario film hanya dipakai dalam syuting film selesai. Setelah proses syuting dan editing selesai, skenario tidak dipakai lagi serta tidak dicetak menjadi sebuah buku.
Kalau kelak ada skenario film yang dibukukan, nama dan fungsinya bukan lagi sebagai skenario film, melainkan buku berisi contoh skenario film yang mungkin diterbitkan sebagai pengetahuan bagi orang yang ingin bisa menulis skenario film.
4. Skenario Bukan Proses Akhir
Mengingat terbatas penggunaan dan bentuknya yang berupa tulisan teknis, skenario film tidak bisa disamakan juga dengan cerpen atau novel sebagai bahan bacaan setelah terbit. Skenario film bukan bacaan untuk umum, tapi naskah untuk pembuatan film.
Melihat hal itu, jelas skenario bukan merupakan hasil akhir, tapi menjadi bagian dari beberapa proses dalam pembuatan film. Hasil akhir dari proses itu adalah film. Jadi, hasil akhir dari penulisan skenario itu adalah sebuah film.
5. Pengguna Skenario Film
Dalam sebuah produksi film, seperti sudah dikatakan, ada banyak orang yang terlibat, dari mulai produser, sutradara sampai pembantu umum. Skenario yang sudah selesai ditulis, akan diberikan kepada beberapa departemen yang ada, yakni: produser, manager produksi dan staf, sutradara dan staf, penata artistik dan staf, juru kamera, penata suara, aktor dan aktris, pengarah musik, dan editor film.
6. Skenario Bukan Hasil Kerja Perorangan
Pada awalnya, penulis menawarkan ide cerita film kepada produser. Setelah melewati proses diskusi dengan produser dan sutradara dalam tahap sinopsis dan plot, barulah proses menulis skenario film dilakukan. Penulisan skenario itu berlangsung dari mulai draf satu sampai draf final. Jadi, skenario akhir merupakan hasil pemikiran tiga kepala, penulis, produser, dan sutradara.
7. Kewajiban Penulis Skenario
Menulis skenario film dari draf satu sampai draf akhir juga jadi kewajiban yang harus diselesaikan dalam waktu yang ditentukan. Jangan lewat batas waktu sebab itu berkaitan dengan nama baik penulis. Barulah setelah skenario selesai, penulis bisa istirahat karena proses selanjutnya adalah syuting film. Syuting film adalah wilayah kerja kreatif sutradara, penulis JANGAN mencampurinya, kecuali diminta.
Demikianlah 7 hal penting dalam proses menulis skenario film untuk diketahui calon penulis. Dari beberapa hal penting dalam proses menulis skenario film yang meliputi definisi, bentuk tulisan, manfaat, batas pengguna, dan pemakaian, serta kewajiban penulis, maka calon penulis skenario film tidak akan terjebak hanya mengetahui teknik penulisan skenario semata, tapi juga beberapa hal penting dalam proses penulisannya.
Nah, sekarang, apa kamu siap jadi penulis skenario?
Atau masih ada yang mau tanya?
Silakan tulis saja pertanyaan pada kolom komentar.
Yuk, jangan ragu. [sr]
Saya tertarik.menjadi penulis skenario. Adakah contoh satu skenario? Atau adakah pelatihan menulis skenario yang bisa diikuti? Kalau ada di.mana dan kira2 bayar berapa. Tks mas...
BalasHapusBang @Nur Terbit
HapusUntuk contoh skenario sebenarnya banyak di internet,
saya pun ada file skenario yang pernah saya tulis,
kalau bersedia bisa email ke sokatwritinggroup@gmail.com
Kalau untuk pelatihan, secara formal ada di pusat perfilman Usmar Ismail, dulu saya juga di sana, selama satu tahun, sedangkan yang workshop per grup. biasanya diadakan oleh beberapa penulis, baik berbayar atau free, beberapa kali saya juga mengadakan.