Mau Bisa Nulis Skenario? Yuk, Mulai dengan Ide Cerita
Salam.
Buat yang mau ngetes nulis skenario, cobalah pikirkan satu cerita yang mudah untuk ditulis. Simaklah kejadian
sehari-hari. Mulai dengan ide cerita. Kelak, kalau punya napas panjang, ide itu bisa jadi Film, kalau napasnya
sedang-sedang saja, ya, tulislah untuk tv, sejenis sinetron.
Misalnya saya ingin bikin sketsa 3
menit, dulu saya pernah lakukan untuk Camera Café dan The Coffee Bean Show.
Begini proses menulis skenario...
1. Cari Ide cerita.
2. Rumuskan Ide ke sinopsis.
3. Buatlah scene plot
4. Mengetik naskah
Oh, ya, buat yang belum tahu, scene plot ini adalah
kerangka cerita berupa poin-poin penting cerita yang kita tulis dari awal
sampai akhir.
Tiap poin kelak akan menjadi scene yang berisi adegan,
bahkan bakal dialog. Scene plot ditulis secara kronologis.
Kronologis?
Kalau ada yang mau bikin alurnya secara maju-mundur
(maksudnya dengan adanya flashback) gimana?
Ya, nggak masalah, yang penting, poin-poin pada scene plot
itu adalah urutan ceritanya, kalau ada Flashback ditulis saja pada poin
tertentu, yang penting ketika orang baca poin-poin itu akan mudah mengikuti
kemana arah cerita kita.
Paham, kan? Nah, sebelum membahas lebih jauh soal scene
plot, sekarang kita mulai dengan mencari ide atau gagasan cerita.
Ide Cerita
Ide cerita itu apa sih?
Dalam skenario ide cerita disebut sebagai premis.
Premis adalah konsep cerita yang ditulis dalam satu atau
dua kalimat.
Lebih jelasnya, Michael Hauge dalam bukunya Writing Screenplays That Sell menulis kalau premis itu terdiri dari satu
atau dua kalimat yang mengidentifikasikan tokoh utama cerita dalam mencapai
keinginannya.
Viki King, penulis buku Menulis Skenario dalam 21 Hari yang juga asal AS, mengatakan kalau konsep
cerita itu menceritakan sesuatu yang terjadi pada seseorang, jadi kita harus
tahu siapa orang itu dan apa yang terjadi padanya.
Richard A. Blum lain lagi, dia menulis dalam Television and Screen Writing – from Concept
to Contract, bahwa sebuah premis yang memiliki nilai konsep jual yang
tinggi memiliki satu atau dua kalimat dengan twis yang unik untuk cerita dan punya
daya tarik dalam pemasarannya.
Twis bisa dibilang sebagai belokan cerita, yaitu saat yang
membuat penonton salah dengan tebakannya mengenai akhir dari cerita yang
dialami tokoh utama.
Lalu, bagaimana cara mendapat ide cerita untuk skenario
kita? Apa kita harus menyepi? Mencari wangsit di tempat sepi? Atau mau minum
dan makan-makanan yang bisa membuat mood kita bagus?
Terserah.
Masing-masing orang punya cara bagaimana untuk memunculkan
ide di kepalanya.
Tetapi untuk yang biasa menulis dikejar tanggat waktu,
saya sarankan banyak-banyaknya membaca dan menonton film, agar mudah mendapat
ide.
Untuk masa sekarang ini, menunggu datangnya ide adalah hal
usang, ide sudah tidak lagi dinanti, tapi dicari, dikejar, disongsong dengan
berbagai upaya, yang salah satunya adalah membaca.
Ini klise, ya?
Memang iya, tapi mau bagaimana lagi, vitamin untuk penulis skenario adalah membaca dan menonton film.
Membaca, bisa dari sumber apa saja, bisa membaca buku
cerita, baik cerpen atau pun novel, bisa juga membaca buku diari orang lain
(ini tentu berisiko bakal dijitak yang punya), atau bisa juga membaca koran.
Kalau saya, selain baca cerpen, novel (ini kalau ada waktu
banyak), koran, atau nonton film, bisa juga mengingat pengalaman yang sudah
saya lewati.
Saat menulis serial Tukang
Ojek Pengkolan (TOP), saya menulis cerita tentang Aliya, cucunya Murod yang
minta dibelikan sepatu roda, lalu Murod mengajak Ojak mencari sepatu roda di
pasar Puring dekat Blok M, Murod pulang membawa sepatu roda, tapi sepatu roda
yang dibelinya adalah sepatu roda model jaman dulu, semasa dia muda yang
rodanya empat, bukan seperti yang diinginkan Aliya, yaitu sepatu roda jenis inline skate.
Cerita itu adalah cerita saya ketika anak saya minta
dibelikan sepatu roda sebab mainan ini sedang musim dimainkan anak-anak
tetangga di sekitar rumah saya.
Nah, mudah kan mencari ide cerita?
Pokoknya ingat saja, “Siapa menginginkan apa dan bagaimana
dia mencapainya?”
Atau banyak penulis skenario handal memakai konsep Bagaimana Jika.... dan kemudian....
Ada juga dengan teori, cerita
ini adalah tentang... (tokoh cerita) yang menginginkan....
Semua itu bisa menjadi pijakan untuk menulis ide cerita
atau premis.
Harus selalu dimulai dari tokoh?
Iya karena Film memang cerita tentang satu tokoh yang
memperjuangkan keinginannya.
Jangan lupa, untuk menulis skenario film, carilah ide yang
bisa divisualkan, jangan tentang pikiran tokoh-tokohnya sebab yang seperti itu,
lebih cocok untuk cerpen atau novel.
Agar lebih mudah mendapat ide cerita, mulai banyaklah nonton
film dan membaca, baik membaca buku, membaca situasi di sekitar, baca kabar
dari koran, dan lihat perilaku orang, dari situ kita bisa memilah mana yang
bisa kita jadikan cerita.
Kalau kata Iwan Fals, “Nyanyian jiwa haruslah dijaga, mata
hati haruslah diasah...”
Maka, mari kita selalu mengasah mata hati... siapa tahu
apa yang sudah kita lalui bisa kita olah menjadi cerita.
Jangan lupa, ditulis ide itu menjadi cerita, jangan disimpan
dalam hati sebab bisa jadi kita akan lupa nantinya.
Nah, tidak susah kan kalau mau bisa nulis skenario?
Mau coba?[sr]
Bang....
BalasHapusApa beda antara Premis, Tema dan Logline? Soalnya agak² mirip gitu biking pusing.
Terima kasih sudah menyimak blog ini, Mas Lucky.
HapusKalau tema
Itu adalah jenis film apa yang kita buat atau bahasa kerennya disebut genre, ada genre komedi, aksi, drama cinta remaja, komedi romantis, horor remaja, dll.
Soal Premis dan Logline bisa disimak di Youtube saya...
SOKATYT